Senin, 28 Juli 2014

Renungan



Pesta santo Mikael, Gabriel dan Rafael, Malaikat Agung

            Kata malaikat yang dalam bahasa Ibrani mal'akh dan dalam bahasa Yunani disebut angelos berarti pesuruh Allah yang mengenal Allah muka dengan muka, karena itu ia dibedakan dengan manusia. Malaikat tentu saja adalah mahluk. Ia mempunyai kehendak bebas juga sehingga ia juga dapat terpengaruh juga terhadap godaan dan dosa. Seandainya malaikat bukanlah mahluk yang mempunyai kehendak bebas maka Lucifer tidak akan sampai dibuang dari surga (bdk. Ayb 34:18; Mat 25:41; 2 Ptr 2:4; Why 12:9). Dalam pengertian malaikat sebagai pesuruh Allah tersebut maka benarlah apa yang dikatakan paus Gregorius Agung bahwa kata malaikat itu merupakan nama tugas bukan kodrat.
            Hari ini Gereja memestakan ke-3 malaikat agung, Mikael, Gabriel dan Rafael. mikael berarti siapa seperti Allah, Gabriel berarti keperkasaan Allah sedangkan Rafael berarti pengobatan Allah. Pada pesta ke-3 malaikat agung ini Gereja mengetengahkan bacaan perihal proses keberimanan Natanael. Yesus berjumpa dengan Natanael dan mengatakan sesuatu di luar dugaan Natanael. Yesus mengenal Natanael secara mendalam Lihat, inilah seorang Israel sejati tidak ada kepalsuan di dalamnya! Natanael merasa takjub dan mengungkapkan imannya akan Allah. berhadapan dengan reaksi Natnael tersebutlah Yesus memberi pernyataan Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.
            Natanael sampai kepada imannya akan Allah karena Yesus melihatnya di bawah pohon Ara, maka dengan pernyataan Engkau akan melihat langit terbuka Yesus ingin mengatakan bahwa kelak Natanael sendirilah yang akan melihat. Melihat tidak dapat kita reduksi sebatas mata fisik, tapi lebih dari itu kata melihat dimaksudkan dalam teks tersebut adalah mengalami, merasakan dan itu sifatnya personal. pengalaman itulah yang akan mampu menghantar orang untuk sampai kepada iman. Dengan kata lain, apabila kita tidak merasakan dan mengalami kasih Allah dalam setiap peristiwa hidup kita maka iman kita tidak lebih dari sekedar iman warisan: iman yang berasal dari orangtua dan orang-orang di sekitar kita. Hal yang sama berlaku untuk hidup panggilan kita. Apabila kita tidak pernah merasakan panggilan itu secara personal maka panggilan yang kita jalani hanyalah kepalsuan yang kita bungkus-bungkus dengan nama panggilan.
            Mungkin sudah saatnya kita masuk ke dalam diri kita masing-masing dan bertanya: sungguhkah aku dipanggil? jangan-jangan aku hanya merasa dipanggil? atau memaksa diri supaya dipanggil? atau memaksa Tuhan supaya memanggil? segala proses dalam menjalani panggilan ini tentu saja menjadi suatu pemurnian dan pematangan atas motivasi awal panggilan kita sehingga pada saatnya nanti Tuhan juga akan berkata kepada kita Dia inilah Israel sejati, tidak ada kepalsuan padanya! Hari ini kita memestakan ke-3 malaikat agung: Mikael, Gabriel dan Rafael. Malaikat adalah pesuruh Allah dan imam dalam arti tertentu juga menjadi pesuruh Allah dan pesuruh Gereja. Dari logika sederhana ini maka dapat juga dikatakan bahwa seorang imam adalah seorang mahluk surgawi hanya saja ia masih berada di dunia. Menjadi mahluk surgawi di tengah hal-hal duniawi menjadikan tugas seorang imam memang cukup berat. Kita sekarang mengarahkan pandangan ke sana, namun apa yang terjadi? Tidak jarang tutur kata, sikap dan cara bergaul dan bahkan tindakan kita justru tidak menunjukkan identitas kita. Kata-kata makian entah dalam bahasa apapun itu seakan menjadi hal yang biasa saja ke luar dalam pembicaraan kita. Tidak jarang juga kita membunuh saudara kita sendiri dengan perkataan kita. Lalu, di mana senyum dan keramahan kita yang selalu kita tebar di mana-mana ketika bertemu umat jika dengan saudara sendiri kita mencibirkan bibir? Cobalah hitung sendiri berapa banyak waktu yang kita luangkan masing-masing untuk saudara kita dan berapa banyak waktu yang kita luangkan untuk orang lain. Di mana kasih yang selalu kita kotbahkan dan di mana keadilan yang seolah-olah kita perjuangkan jika toh kita tak memilikinya? Apabila itulah yang terjadi maka sebenarnya kita adalah setan berjubah fransiskan konventual yang penuh kepalsuan. Amin.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar