Perempuan
dan Naga
Wahyu
12:1-6
1. Pengatar
Kitab Wahyu merupakan kitab
satu-satunya Perjanjian Baru yang disusun dengan gaya apokaliptik. Di dalamnya
banyak dipakai simbol: angka, warna, binatang, dan lain-lain. Gaya penuturannya
juga sedikit bersifat puitis. Maka tidak mengherankan kalau ada begitu banyak
ragam tafsiran yang berbeda. Kata “Wahyu” pada judul kitab yang dikarang oleh
Yohanes ini merupakan terjemahan dari bahasa Yunani yakni “Apokalipsis” yang
berarti penyingkapan atau pewahyuan dari pihak Allah kepada manusia. Dalam
pewahyuan tersebut disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah
saja kepada manusia. Kitab Wahyu merupakan buku tentang situasi zaman
kontemporer penulis dan secara pokok berbicara mengenai Yesus Kristus, Saksi
yang setia, untuk meneguhkan iman jemaat yang berada dalam penganiayaan.[1]
2. Kesatuan Teks[2]
Perikop
Why 12:1-6 menjadi satu bagian dalam perikop Why 12:1-17. Perikop tersebut
tersusun mengikuti gaya penulisan Injil Markus dengan menempatkan suatu
pengapit (Sandwich Method) di tengah
perikop. Perikop Why 12:7-12 menjadi pengapit antara Why 12:1-6 dan Why 12:13-17
yang memuat tema pertikaian antara seorang perempuan hamil dengan seekor naga.
Secara skematis Why 12:1-17 dapat digambarkan sbb:
Why 12:1-6 → Perempuan dan Naga
Sisipan: Why
12:7-12 → Peperangan di Surga antara Mikael dan Naga
Why 12:13-17 →Penganiayaan atas perempuan/Naga
melawan Perempuan
3. Penjelasan Teks
Perikop
Why 12:1-6 diawali dengan ungkapan, "Maka tampaklah suatu tanda besar di
langit…". Tanda besar berarti
suatu penglihatan baru dilukiskan sebagai suatu semeion (tanda), suatu terminologi yang biasa pada bagian kedua
dari kitab Wahyu (12:1,3; 13:13-14; 15:1; 16:14; 19:20). Apa yang mau
ditampilkan adalah peristiwa yang mengatasi tingkat atau pikiran manusia,
tetapi harus ditafsirkan oleh manusia. "tanda" berarti karya
penyelamatan Allah.[3]
Tanda pertama yang besar : perempuan
(ay 1-2)
1Maka tampaklah suatu tanda besar
di langit: Seorang wanita berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah
kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. 2.Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan
penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.
Ada beberapa kemungkinan tafsiran
mengenai tanda pertama, yang disebut tanda besar. Ada penafsir yang dengan
tegas mengatakan bahwa perempuan itu adalah Maria. Sementara itu penafsir lain
sebaliknya mengatakan bahwa tafsiran semacam itu tidak ada dasarnya sama
sekali. Para penafsir modern pada umumnya berpendapat bahwa kaitan tanda
perempuan dengan Maria, Ibu Yesus, adalah sekunder. Arti primer tanda perempuan
adalah Gereja, dengan berbagai variasinya. Tanpa maksud mengesampingkan arti
sekunder, yang akan diperhatikan adalah arti primer dari tanda perempuan.[4]
Tanda perempuan dalam Why 12:1
merupakan suatu simbol dengan makna yang kompleks. Dia dapat berarti umat
Israel yang dari sisa Israel akan lahir Kristus, dia juga bias berarti Gereja,
ibu semua orang percaya dan bias juga diartikan sebagai Yerusalem Surgawi yang
dikisahkan dalam Why 21. Siapakah sebenarnya perempuan itu? Kiranya yang
dimaksudkan adalah umat Allah yang dipandang dari cirri adikodratinya. Artinya
umat Allah yang dicintai Allah, tumbuh dan berkembang dengan anugerah-anugerah
yang baik. Kesimpulan tersebut didukung oleh lambang-lambang yang menjadi
dandanan perempuan itu.[5]
Matahari, bulan dan bintang dalam
mitologi kuno adalah benda-benda langit dan berarti berciri ilahi. Dalam garis
pemikiran ini, perempuan itu mempunyai ciri ilahi. Penafsiran lain juga
mungkin. Dalam Kitab Suci, matahari adalah ciptaan Allah yang istimewa. Dengan
matahari itu Allah mendandani perempuan. Artinya, perempuan itu dikasihi-Nya,
dipenuhi dengan anugerah-anugerah yang paling baik. Dengan demikian perempuan
dapat melaksanakan tuntutan perjanjian dengan sebaik-baiknya. Sementara itu
bulan yang menurut keyakinan Perjanjian Lama berperan sebagai pengatur waktu,
berada di bawah kaki perempuan. Mungkin dengan itu mau dikatakan bahwa
perumpuan itu sepenuhnya menguasai waktu. Ia bukan realitas yang hanya
ditentukan oleh waktu, tetapi sekaligus mengatasinya. Kalau benar demikian,
ciri ilahi umat Allah menjadi semakin jelas. Selain itu, perempuan itu
bermahkota dua belas bintang. Mahkota adalah lambang kemenangan akhir.. angka
dua belas berkaitan dengan dua belas suku Israel dan dua belas rasul yang
melambangkan umat Allah, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian
Baru. Dua belas bintang dengan demikian menjadi lambing seluruh umat Allah.
Sementara itu angka dua belas hanya dipakai untuk tanda perempuan dan baru
muncul lagi nanti dalam Why 21-22.[6]
Menurut Yes7:14
– seperti dalam Why 12 – diberikan tanda perempuan yang mengandung dan akan
melahirkan Mesias. Yang istimewa dalam Why12:1
adalah bahwa tanda itu ada di langit. Dengan cara ini rupanya penulis ingin
berbicara mengenai pemulihan Kerajaan Allah secara sempurna dan definitif –
seperti halnya dalam Why11:19
ia berbicara mengenai pemulihan perjanjian secara sempurna dan definitif.
Selain itu, Yes 60:20-21
memberikan gambaran mengenai umat Allah ideal, yang hidup pada jaman
eskatologis. Tuhan sendiri yang akan menjadi penerang bagi umat itu. Dan bagi
mereka ini "akan ada matahari yang tidak pernah terbenam dan bulan yang
tidak surut". Dengan latar belakang ini, perempuan dalam Why 12:1 adalah
personifikasi umat Allah, yang dimuliakan dan disinari terang ilahi.[7]
Pada
Why12:2 panggung rasanya tiba-tiba berubah,
meskipun tokoh utama tetap perempuan itu. Ada satu paradoks yang menonjol.
Perempuan yang sudah dimahkotai dengan dua belas bintang itu sedang
mengandung dan dalam keluhan dan penderita-annya hendak melahirkan ia
berteriak kesakitan. Dengan memperhitungkan seluruh suasana perikope ini, yang
dimaksudkan kiranya adalah paradoks salib dan kebangkitan. Dengan paradoks ini
penulis mau menyatakan bahwa Gereja ikut ambil bagian dalam kemenangan
definitif Kristus terhadap kejahatan. Dengan mahkota dua belas bintang,
perempuan adalah lambang Gereja yang tidak bisa dihancurkan, yang abadi,
kendati dalam sejarah ia berada dalam kesulitan. Inilah pesan utama yang
disampaikan oleh penulis kepada pembaca: meneguhkan harapan dan mendorong
mereka untuk tetap teguh. Kepada Gereka yang mengalami penganiayaan, Yohanes
menegaskan keyakinan iman yang mendasar. Gereja tidak akan pernah dapat
dihancurkan oleh siapa pun.[8]
Tanda kedua : Naga (3-4)
3.Maka tampaklah suatu tanda yang lain di
langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam besar, berkepala tujuh dan
bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. 4Dan ekornya menyeret sepertiga dari
bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri
dihadapan wanita yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera
sesudah wanita itu melahirkan-Nya.
Untuk
lebih memahami kelahiran dan penderitaan yang dialami oleh perempuan itu, harus
dipertimbangkan tanda kedua yang muncul dan berlawanan dengan tanda yang
pertama, yaitu naga (ay 3-4). Naga adalah ular besar, tetapi bukan tanda besar.
Naga ini berwarna merah padam, warna api dan darah yang melambangkan kuasa
kematian yang dahsyat. Ia adalah raja (=bermahkota tujuh) yang cerdik (berkepala
tujuh) dan berkuasa (=bertanduk sepuluh). Naga adalah musuh yang mengerikan.
Siapakah dia sebenarnya?[9]
Identitas baru diberikan pada ay 9,
ketika ia sudah dikalahkan dan dilemparkan ke bumi. Dia adalah "si ular
tua, yang disebut Iblis atau Setan, yang menyesatkan seluruh dunia".
Sebutan-sebutan ini merangkum semua lambang-lambang kekuatan jahat, yang
tujuannya adalah menyesatkan. Sejak dosa manusia pertama, kekuatan ini tidak
perenah berhenti menyesatkan orang; artinya, membelokkan orang dari jalan
Tuhan, jalan kehidupan dan kebahagiaan. Dia adalah "ular tua" yang
menjanjikan kehidupan dan pengetahuan yang hanya bisa diberikan oleh Allah
sendiri. Dengan kata lain, dia menjerumuskan orang kepada penyembahan berhala.
Dia adalah Iblis yang memecah-belah. Dengan demikian pekerjaannya bertolak
belakang dengan Tuhan Perjanjian, yang melalui penjelmaan, wafat dan
kebangkitan-Nya, menyempurnakan perjanjian itu. Dia menyesatkan seluruh dunia;
artinya, jalan-jalan Tuhan ia kacaukan, sehingga tujuan hidup manusia tidak
jelas lagi dan dengan demikian tidak bisa tercapai juga. Dia adalah Setan, yang
disebut si pendakwa.[10]
Penulis Kitab Wahyu melukiskan
keyakinan iman ini dengan cara yang amat hidup : naga berdiri di hadapan
perempuan agar dapat menelan anak yang akan lahir. Tetapi anak itu dirampas dan
dibawa lari kepada Allah. Inilah kekalahan Setan, berkat wafat dan kebangkitan
Yesus, yang dinyatakan pada Why12:10-11
:"Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah
kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah
pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan
Allah kita". Inilah saat kenenangan Gereja, ".. dan mereka
mengalahkan dia oleh darah Anak Domba" (ay 11).[11]
Dengan cara ini Yohanes ingin
menyampaikan pesan khusus kepada Gereja yang mengalami penganiayaan bahwa Setan
telah dikalahkan. Tidak ada lagi kekuatan jahat "di atas". Kalau
masih ada, perang dengan Setan hanya terjadi di bawah, di dunia. Itulah yang
dialami oleh "keturunan lain dari perempuan yang menuruti hukum-hukum
Allah dan memiliki kesaksian Yesus" (Why12:17).
Yang bisa dikerjakan oleh Setan adalah melampiaskan kemarahan kepada manusia.
Ini terwujud dalam penganiayaan yang dikerjakan oleh pemerintahan Romawi.
Tetapi ia tidak berdaya terhadap Gereja (bdk Yoh14:30
; Yoh16:33). Itulah sebabnya naga itu "tinggal di
pantai laut" (Why12:18).
Gereja Asia yang dituju oleh Kitab Wahyu dengan mudah menangkap maksud ini :
dari laut, dari barat datang invasi kekaisaran Romawi.[12]
Naga hendak menelan anak yang akan
dilahirkan (5-6)
5Maka
ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa
dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah
dan tahkta-Nya. 6Wanita itu lari ke padang gurun, di mana
telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ
seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.
Dengan majunya kisah,
perlambangan menjadi lebih rumit. Pertanyaannya menjadi, "Apa arti
kelahiran itu? Siapakah yang akan dilahirkan, sehingga naga mengancam untuk
membunuhnya ?" Penulis memberikan jawaban yang jelas, "Maka ia
melahirkan seorang anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan
gada besi" (ay 5b). Kalimat ini mempunyai latar belakang Mzm2:9 dan Yes 66:7.
Kedua teks itu dalam Perjanjian Baru selalu dihubungkan dengan Kristus,
demikian juga dalam Kitab Wahyu. Yang akan menggembalakan segala bangsa dengan
tongkat besi adalah Kristus. Yang dimaksudkan ialah Kristus pada jaman akhir:
kalau karya penyelamatan sampai pada penyelesaiannya, Kristus akan menampakkan
kemenangan-Nya atas kejahatan (bdk Why
19:11-16). Dan Kristus itu lahir dari Gereja. Jemaat
sadar bahwa dirinya adalah perempuan yang ditampilkan dalam tanda itu.
Dirinya-lah yang dengan segala macam usaha, hari demi hari, harus menyatakan
Kristusnya. Kristus itu akan menjadi nyata dalam segala hal baik, yang berhasil
dilakukan oleh Gereja, termasuk kebaikan yang mungkin tidak dilihat orang, yang
tidak diterima atau dihargai. Semua yang "dilahirkan" oleh Gereja itu
akan sangat berperan dalam membangun tubuh Kristus yang sempurna (bdk Ef 4:13).[13]
Jemaat
sangat bergembira dapat melihat perspektif yang memberikan makna kepada segala
segi kehidupannya. Namun jemaat juga tidak dapat melupakan keadaan hidupnya
yang nyata. Ia bertanya, apakah usaha-usaha yang dapat dicoba di tengah-tengah
keadaan sulit yang dihadapinya? Keadaan yang tampaknya tidak dapat ditembus?
Apakah arti kebaikan di tengah-tengah kejahatan yang terorganisasi dengan rapi
? Apakah jemaat tidak sedang bermimpi kalau dikatakan bahwa ia akan berhasil
menampakkan wajah Kristus dalam usaha sehari-hari mereka ? Apakah realistis
mengatakan bahwa akhirnya Kristus akan mengalahkan kekuatan-kekuatan jahat
secara definitif kalau kejahatan itu sekarang tampak begitu perkasa ? Penulis
memberikan jawaban yang membesarkan hati, sekaligus menantang : "…
tiba-tiba anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.
Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat
baginya oleh Allah, supaya ia diperlihara di situ seribu dua ratus enam puluh
hari lamanya" (ay 5b-6).[14]
Hal-hal baik yang berhasil dilakukan
oleh Gereja, betapa kecil dan kelihatannya tidak berarti di hadapan kekuatan
jahat yang raksasa, sungguh berperan dalam mengukir wajah Kristus, sampai menjadi
nyata dalam kehidupan. Tidak ada pekerjaan baik yang sia-sia. Dengan lambang
yang sangat hidup dinyatakan bahwa yang dilahirkan oleh Gereja dalam
penderitaan akan diambil dan dibawa ke hadapan Allah dan dalam perlindungan
kuasa-Nya. Tidak ada kekuatan manusiawi dan kekuatan jahat mana pun yang dapat
merampasnya.[15]
Perempuan itu sendiri lagi ke padang
gurun (ay 6). Dalam Perjanjian Lama padang gurun adalah tempat percobaan,
pemurnian, pematangan hubungan antara Allah dengan umat. Padang gurun juga tempat
mengalami "kasih masa muda"(=keluaran dari Mesir), pengalaman kasih
yang pertama. Gereja perlu merasa bahwa padang gurun adalah tempat tinggalnya
yang biasa selama dalam peziarahan masa ini. Ia ditantang untuk tidak
menyimpang dari jalan Allah kendati merasa lelah dalam perjalanan, tetap
berharap dan percaya, menunjukkan jati diri dalam keadaan tertekan. Ini semua
pertama-tama adalah tantangan untuk menunjukkan kasih yang radikal dan penuh.[16]
4. Makna Why 12:1-6 bagi Gereja[17]
Wanita adalah lambang umat Allah/Gereja.
Kesetiaan Allah akan janji-janji-Nya merupakan kekuatan hidupnya. Umat itu
dengan penuh kepercayaan dan pengharapan menggantungkan diri pada janji-janji
Allah yang harus diandalkan dari pada peristiwa-peristiwa zaman. Dalam
kenyataan hidup, Gereja senantiasa berhadapan dengan kekuatan jahat yang
menggangu kehidupannya. Meski demikian Gereja tidak menyimpang dari jalan Allah
kendati merasa lelah dalam perjalanan, tetap percaya dan berharap; menunjukkan
jati diri dalam keadaan yang terpepet. Namun lebih-lebih ini semua adalah
tantangan bagi Gereja untuk menunjukkan kasih yang radikal dan penuh.
Dapatlah disimpulkan bahwa Allah
telah melengkapi Gereja dengan kasih-Nya : memberikan yang paling baik
kepadanya, memberikan jaminan kemenangan akhir, membiarkan Gereja mengalami
rupa Kristus yang menjadi semakin nyata dalam sejarah; dan selama masa sulit
yang dilalui Gereja, Tuhan selalu menyertainya. Dengan demikian jemaat tidak
dapat lain kecuali bersyukur dan menyatakan kesediaannya untuk menerima dan
menjalan tugas konkret yang tidak mudah. Gereja tidak akan akan dibiarkan
kelaparan tetapi diberi bekal sabda dan ekaristi, sebagaimana Ia dulu tidak
membiarkan umat-Nya mati kelaparan di padang gurun.
[1] I.
Suharyo, Kitab Wahyu: Paham dan Maknanya
Bagi Hidup Kristen (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm. 5.
[2]
Wilfrid J. Harrington “Revelation” dalam Daniel J. Harrington (ed.), Sacra Pagina vol. 16 (Collegeville-Minnesota: The Liturgical
Press, 1993), hlm. 129; bdk. I. Suharyo, Kitab
Wahyu…, hlm. 30.
[3]
Wilfrid J. Harrington “Revelation”…, hlm. 128.
[4] Adela
Yarbro Collins, “The Apocalypse (Revelation)” dalam Raymond E. Brown – Joseph A. Fitzmyer – Roland E. Murphy
(ed.), The New Jerome Biblical Commentary
(Great Britain: Geoffrey Chapman, 1993), hlm. 1008.
[5] I.
Suharyo, Kitab Wahyu …, hlm. 97; bdk.
J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab: Wahyu
Yohanes II (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), hlm. 17.
[6] Adela
Yarbro Collins, “The Apocalypse (Revelation)”…, hlm. 1008; bdk. I. Suharyo, Kitab Wahyu …, hlm. 97.
[7] J.J.
de Heer, Tafsiran Alkitab…, hlm. 18.
[8] I.
Suharyo, Kitab Wahyu …, hlm. 98.
[9] J.J.
de Heer, Tafsiran Alkitab…, hlm. 20.
[10] Wilfrid
J. Harrington “Revelation”…, hlm. 130; bdk. J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab…, hlm. 21.
[11] J.J.
de Heer, Tafsiran Alkitab…, hlm.
21-22; bdk. Wilfrid J. Harrington “Revelation”…, hlm. 130.
[12] Adela
Yarbro Collins, “The Apocalypse (Revelation)”…, hlm. 1008; bdk. Wilfrid J.
Harrington “Revelation”…, hlm. 130.
[13] J.
Harrington “Revelation”…, hlm. 130-131.
[14] J.J.
de Heer, Tafsiran Alkitab…, hlm.
22-23; bdk. J. Harrington “Revelation”…, hlm. 130-131.
[15] Adela
Yarbro Collins, “The Apocalypse (Revelation)”…, hlm. 1008; bdk. Wilfrid J.
Harrington “Revelation”…, hlm. 131.
[16] J.J.
de Heer, Tafsiran Alkitab…, hlm.
22-24; bdk. Adela Yarbro Collins, “The Apocalypse (Revelation)”…, hlm. 1008.
[17]
I. Suharyo, Kitab Wahyu …, hlm.
99-100.
Maaf nih sblumnya, latarnya jgn hitam gini jdi pusing bacanya
BalasHapusItu sudah terjadi, itu tanda yang berhubungan dengan konstelasi bintang, silakan baca di https://harituhan.wordpress.com/2017/02/09/tanda-besar-di-langit-perempuan-dan-naga-23-september-2017/amp/
BalasHapusTrims atas pencerahannya Gbu.
BalasHapusTrims atas pencerahannya
BalasHapus