Minggu, 27 Juli 2014

Perempuan dan Naga



Perempuan dan Naga
Wahyu 12:1-6



1. Pengatar
   Kitab Wahyu merupakan kitab satu-satunya Perjanjian Baru yang disusun dengan gaya apokaliptik. Di dalamnya banyak dipakai simbol: angka, warna, binatang, dan lain-lain. Gaya penuturannya juga sedikit bersifat puitis. Maka tidak mengherankan kalau ada begitu banyak ragam tafsiran yang berbeda. Kata “Wahyu” pada judul kitab yang dikarang oleh Yohanes ini merupakan terjemahan dari bahasa Yunani yakni “Apokalipsis” yang berarti penyingkapan atau pewahyuan dari pihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan tersebut disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja kepada manusia. Kitab Wahyu merupakan buku tentang situasi zaman kontemporer penulis dan secara pokok berbicara mengenai Yesus Kristus, Saksi yang setia, untuk meneguhkan iman jemaat yang berada dalam penganiayaan.[1]

2. Kesatuan Teks[2]
            Perikop Why 12:1-6 menjadi satu bagian dalam perikop Why 12:1-17. Perikop tersebut tersusun mengikuti gaya penulisan Injil Markus dengan menempatkan suatu pengapit (Sandwich Method) di tengah perikop. Perikop Why 12:7-12 menjadi pengapit antara Why 12:1-6 dan Why 12:13-17 yang memuat tema pertikaian antara seorang perempuan hamil dengan seekor naga. Secara skematis Why 12:1-17 dapat digambarkan sbb:

Why 12:1-6                 → Perempuan dan Naga
Sisipan: Why 12:7-12 → Peperangan di Surga antara Mikael dan Naga
Why 12:13-17             →Penganiayaan atas perempuan/Naga melawan Perempuan

3. Penjelasan Teks
Perikop Why 12:1-6 diawali dengan ungkapan, "Maka tampaklah suatu tanda besar di langit…". Tanda besar berarti suatu penglihatan baru dilukiskan sebagai suatu semeion (tanda), suatu terminologi yang biasa pada bagian kedua dari kitab Wahyu (12:1,3; 13:13-14; 15:1; 16:14; 19:20). Apa yang mau ditampilkan adalah peristiwa yang mengatasi tingkat atau pikiran manusia, tetapi harus ditafsirkan oleh manusia. "tanda" berarti karya penyelamatan Allah.[3]

Tanda pertama yang besar : perempuan (ay 1-2)
1Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang wanita berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. 2.Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.
            Ada beberapa kemungkinan tafsiran mengenai tanda pertama, yang disebut tanda besar. Ada penafsir yang dengan tegas mengatakan bahwa perempuan itu adalah Maria. Sementara itu penafsir lain sebaliknya mengatakan bahwa tafsiran semacam itu tidak ada dasarnya sama sekali. Para penafsir modern pada umumnya berpendapat bahwa kaitan tanda perempuan dengan Maria, Ibu Yesus, adalah sekunder. Arti primer tanda perempuan adalah Gereja, dengan berbagai variasinya. Tanpa maksud mengesampingkan arti sekunder, yang akan diperhatikan adalah arti primer dari tanda perempuan.[4]
            Tanda perempuan dalam Why 12:1 merupakan suatu simbol dengan makna yang kompleks. Dia dapat berarti umat Israel yang dari sisa Israel akan lahir Kristus, dia juga bias berarti Gereja, ibu semua orang percaya dan bias juga diartikan sebagai Yerusalem Surgawi yang dikisahkan dalam Why 21. Siapakah sebenarnya perempuan itu? Kiranya yang dimaksudkan adalah umat Allah yang dipandang dari cirri adikodratinya. Artinya umat Allah yang dicintai Allah, tumbuh dan berkembang dengan anugerah-anugerah yang baik. Kesimpulan tersebut didukung oleh lambang-lambang yang menjadi dandanan perempuan itu.[5]
            Matahari, bulan dan bintang dalam mitologi kuno adalah benda-benda langit dan berarti berciri ilahi. Dalam garis pemikiran ini, perempuan itu mempunyai ciri ilahi. Penafsiran lain juga mungkin. Dalam Kitab Suci, matahari adalah ciptaan Allah yang istimewa. Dengan matahari itu Allah mendandani perempuan. Artinya, perempuan itu dikasihi-Nya, dipenuhi dengan anugerah-anugerah yang paling baik. Dengan demikian perempuan dapat melaksanakan tuntutan perjanjian dengan sebaik-baiknya. Sementara itu bulan yang menurut keyakinan Perjanjian Lama berperan sebagai pengatur waktu, berada di bawah kaki perempuan. Mungkin dengan itu mau dikatakan bahwa perumpuan itu sepenuhnya menguasai waktu. Ia bukan realitas yang hanya ditentukan oleh waktu, tetapi sekaligus mengatasinya. Kalau benar demikian, ciri ilahi umat Allah menjadi semakin jelas. Selain itu, perempuan itu bermahkota dua belas bintang. Mahkota adalah lambang kemenangan akhir.. angka dua belas berkaitan dengan dua belas suku Israel dan dua belas rasul yang melambangkan umat Allah, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Dua belas bintang dengan demikian menjadi lambing seluruh umat Allah. Sementara itu angka dua belas hanya dipakai untuk tanda perempuan dan baru muncul lagi nanti dalam Why 21-22.[6]
            Menurut Yes7:14 – seperti dalam Why 12 – diberikan tanda perempuan yang mengandung dan akan melahirkan Mesias. Yang istimewa dalam Why12:1 adalah bahwa tanda itu ada di langit. Dengan cara ini rupanya penulis ingin berbicara mengenai pemulihan Kerajaan Allah secara sempurna dan definitif – seperti halnya dalam Why11:19 ia berbicara mengenai pemulihan perjanjian secara sempurna dan definitif. Selain itu, Yes 60:20-21 memberikan gambaran mengenai umat Allah ideal, yang hidup pada jaman eskatologis. Tuhan sendiri yang akan menjadi penerang bagi umat itu. Dan bagi mereka ini "akan ada matahari yang tidak pernah terbenam dan bulan yang tidak surut". Dengan latar belakang ini, perempuan dalam Why 12:1 adalah personifikasi umat Allah, yang dimuliakan dan disinari terang ilahi.[7]

            Pada Why12:2 panggung rasanya tiba-tiba berubah, meskipun tokoh utama tetap perempuan itu. Ada satu paradoks yang menonjol. Perempuan yang sudah dimahkotai dengan dua belas bintang itu  sedang mengandung  dan dalam keluhan dan penderita-annya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan. Dengan memperhitungkan seluruh suasana perikope ini, yang dimaksudkan kiranya adalah paradoks salib dan kebangkitan. Dengan paradoks ini penulis mau menyatakan bahwa Gereja ikut ambil bagian dalam kemenangan definitif Kristus terhadap kejahatan. Dengan mahkota dua belas bintang, perempuan adalah lambang Gereja yang tidak bisa dihancurkan, yang abadi, kendati dalam sejarah ia berada dalam kesulitan. Inilah pesan utama yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca: meneguhkan harapan dan mendorong  mereka untuk tetap teguh. Kepada Gereka yang mengalami penganiayaan, Yohanes menegaskan keyakinan iman yang mendasar.  Gereja tidak akan pernah dapat dihancurkan oleh siapa pun.[8]
Tanda kedua : Naga (3-4)
3.Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. 4Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri dihadapan wanita yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah wanita itu melahirkan-Nya.

Untuk lebih memahami kelahiran dan penderitaan yang dialami oleh perempuan itu, harus dipertimbangkan tanda kedua yang muncul dan berlawanan dengan tanda yang pertama, yaitu naga (ay 3-4). Naga adalah ular besar, tetapi bukan tanda besar. Naga ini berwarna merah padam, warna api dan darah yang melambangkan kuasa kematian yang dahsyat. Ia adalah raja (=bermahkota tujuh) yang cerdik (berkepala tujuh) dan berkuasa (=bertanduk sepuluh). Naga adalah musuh yang mengerikan. Siapakah dia sebenarnya?[9]
            Identitas baru diberikan pada ay 9, ketika ia sudah dikalahkan dan dilemparkan ke bumi. Dia adalah "si ular tua, yang disebut Iblis atau Setan, yang menyesatkan seluruh dunia". Sebutan-sebutan ini merangkum semua lambang-lambang kekuatan jahat, yang tujuannya adalah menyesatkan. Sejak dosa manusia pertama, kekuatan ini tidak perenah berhenti menyesatkan orang; artinya, membelokkan orang dari jalan Tuhan, jalan kehidupan dan kebahagiaan. Dia adalah "ular tua" yang menjanjikan kehidupan dan pengetahuan yang hanya bisa diberikan oleh Allah sendiri. Dengan kata lain, dia menjerumuskan orang kepada penyembahan berhala. Dia adalah Iblis yang memecah-belah. Dengan demikian pekerjaannya bertolak belakang dengan Tuhan Perjanjian, yang melalui penjelmaan, wafat dan kebangkitan-Nya, menyempurnakan perjanjian itu. Dia menyesatkan seluruh dunia; artinya, jalan-jalan Tuhan ia kacaukan, sehingga tujuan hidup manusia tidak jelas lagi dan dengan demikian tidak bisa tercapai juga. Dia adalah Setan, yang disebut si pendakwa.[10]
            Penulis Kitab Wahyu melukiskan keyakinan iman ini dengan cara yang amat hidup : naga berdiri di hadapan perempuan agar dapat menelan anak yang akan lahir. Tetapi anak itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah. Inilah kekalahan Setan, berkat wafat dan kebangkitan Yesus, yang dinyatakan pada Why12:10-11 :"Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita". Inilah saat kenenangan Gereja, ".. dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba" (ay 11).[11]
            Dengan cara ini Yohanes ingin menyampaikan pesan khusus kepada Gereja yang mengalami penganiayaan bahwa Setan telah dikalahkan. Tidak ada lagi kekuatan jahat "di atas". Kalau masih ada, perang dengan Setan hanya terjadi di bawah, di dunia. Itulah yang dialami oleh "keturunan lain dari perempuan yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus" (Why12:17). Yang bisa dikerjakan oleh Setan adalah melampiaskan kemarahan kepada manusia. Ini terwujud dalam penganiayaan yang dikerjakan oleh pemerintahan Romawi. Tetapi ia tidak berdaya terhadap Gereja (bdk Yoh14:30 ; Yoh16:33). Itulah sebabnya naga itu "tinggal di pantai laut" (Why12:18). Gereja Asia yang dituju oleh Kitab Wahyu dengan mudah menangkap maksud ini : dari laut, dari barat datang invasi kekaisaran Romawi.[12]
Naga hendak menelan anak yang akan dilahirkan (5-6)
            5Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan tahkta-Nya.  6Wanita itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.
Dengan majunya kisah, perlambangan menjadi lebih rumit. Pertanyaannya menjadi, "Apa arti kelahiran itu? Siapakah yang akan dilahirkan, sehingga naga mengancam untuk membunuhnya ?" Penulis memberikan jawaban yang jelas, "Maka ia melahirkan seorang anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi" (ay 5b). Kalimat ini mempunyai latar belakang Mzm2:9 dan Yes 66:7. Kedua teks itu dalam Perjanjian Baru selalu dihubungkan dengan Kristus, demikian juga dalam Kitab Wahyu. Yang akan menggembalakan segala bangsa dengan tongkat besi adalah Kristus. Yang dimaksudkan ialah Kristus pada jaman akhir: kalau karya penyelamatan sampai pada penyelesaiannya, Kristus akan menampakkan kemenangan-Nya atas kejahatan (bdk Why 19:11-16). Dan Kristus itu lahir dari Gereja. Jemaat sadar bahwa dirinya adalah perempuan yang ditampilkan dalam tanda itu. Dirinya-lah yang dengan segala macam usaha, hari demi hari, harus menyatakan Kristusnya. Kristus itu akan menjadi nyata dalam segala hal baik, yang berhasil dilakukan oleh Gereja, termasuk kebaikan yang mungkin tidak dilihat orang, yang tidak diterima atau dihargai. Semua yang "dilahirkan" oleh Gereja itu akan sangat berperan dalam membangun tubuh Kristus yang sempurna (bdk Ef 4:13).[13]
Jemaat sangat bergembira dapat melihat perspektif yang memberikan makna kepada segala segi kehidupannya. Namun jemaat juga tidak dapat melupakan keadaan hidupnya yang nyata. Ia bertanya, apakah usaha-usaha yang dapat dicoba di tengah-tengah keadaan sulit yang dihadapinya? Keadaan yang tampaknya tidak dapat ditembus? Apakah arti kebaikan di tengah-tengah kejahatan yang terorganisasi dengan rapi ? Apakah jemaat tidak sedang bermimpi kalau dikatakan bahwa ia akan berhasil menampakkan wajah Kristus dalam usaha sehari-hari mereka ? Apakah realistis mengatakan bahwa akhirnya Kristus akan mengalahkan kekuatan-kekuatan jahat secara definitif kalau kejahatan itu sekarang tampak begitu perkasa ? Penulis memberikan jawaban yang membesarkan hati, sekaligus menantang : "… tiba-tiba anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya. Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia diperlihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya" (ay 5b-6).[14]
            Hal-hal baik yang berhasil dilakukan oleh Gereja, betapa kecil dan kelihatannya tidak berarti di hadapan kekuatan jahat yang raksasa, sungguh berperan dalam mengukir wajah Kristus, sampai menjadi nyata dalam kehidupan. Tidak ada pekerjaan baik yang sia-sia. Dengan lambang yang sangat hidup dinyatakan bahwa  yang dilahirkan oleh Gereja dalam penderitaan akan diambil dan dibawa ke hadapan Allah dan dalam perlindungan kuasa-Nya. Tidak ada kekuatan manusiawi dan kekuatan jahat mana pun yang dapat merampasnya.[15]
            Perempuan itu sendiri lagi ke padang gurun (ay 6). Dalam Perjanjian Lama padang gurun adalah tempat percobaan, pemurnian, pematangan hubungan antara Allah dengan umat. Padang gurun juga tempat mengalami "kasih masa muda"(=keluaran dari Mesir), pengalaman kasih yang pertama. Gereja perlu merasa bahwa padang gurun adalah tempat tinggalnya yang biasa selama dalam peziarahan masa ini. Ia ditantang untuk tidak menyimpang dari jalan Allah kendati merasa lelah dalam perjalanan, tetap berharap dan percaya, menunjukkan jati diri dalam keadaan tertekan. Ini semua pertama-tama adalah tantangan untuk menunjukkan kasih yang radikal dan penuh.[16]
           
4. Makna Why 12:1-6 bagi Gereja[17]
            Wanita adalah lambang umat Allah/Gereja. Kesetiaan Allah akan janji-janji-Nya merupakan kekuatan hidupnya. Umat itu dengan penuh kepercayaan dan pengharapan menggantungkan diri pada janji-janji Allah yang harus diandalkan dari pada peristiwa-peristiwa zaman. Dalam kenyataan hidup, Gereja senantiasa berhadapan dengan kekuatan jahat yang menggangu kehidupannya. Meski demikian Gereja tidak menyimpang dari jalan Allah kendati merasa lelah dalam perjalanan, tetap percaya dan berharap; menunjukkan jati diri dalam keadaan yang terpepet. Namun lebih-lebih ini semua adalah tantangan bagi Gereja untuk menunjukkan kasih yang radikal dan penuh.
            Dapatlah disimpulkan bahwa Allah telah melengkapi Gereja dengan kasih-Nya : memberikan yang paling baik kepadanya, memberikan jaminan kemenangan akhir, membiarkan Gereja mengalami rupa Kristus yang menjadi semakin nyata dalam sejarah; dan selama masa sulit yang dilalui Gereja, Tuhan selalu menyertainya. Dengan demikian jemaat tidak dapat lain kecuali bersyukur dan menyatakan kesediaannya untuk menerima dan menjalan tugas konkret yang tidak mudah. Gereja tidak akan akan dibiarkan kelaparan tetapi diberi bekal sabda dan ekaristi, sebagaimana Ia dulu tidak membiarkan umat-Nya mati kelaparan di padang gurun.


[1] I. Suharyo, Kitab Wahyu: Paham dan Maknanya Bagi Hidup Kristen (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm. 5.
[2] Wilfrid J. Harrington “Revelation” dalam Daniel J. Harrington (ed.), Sacra Pagina  vol. 16 (Collegeville-Minnesota: The Liturgical Press, 1993), hlm. 129; bdk. I. Suharyo, Kitab Wahyu…, hlm. 30.
[3] Wilfrid J. Harrington “Revelation”…, hlm. 128.
[4] Adela Yarbro Collins, “The Apocalypse (Revelation)” dalam Raymond E.  Brown – Joseph A. Fitzmyer – Roland E. Murphy (ed.), The New Jerome Biblical Commentary (Great Britain: Geoffrey Chapman, 1993), hlm. 1008.
[5] I. Suharyo, Kitab Wahyu …, hlm. 97; bdk. J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab: Wahyu Yohanes II (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), hlm. 17.
[6] Adela Yarbro Collins, “The Apocalypse (Revelation)”…, hlm. 1008; bdk. I. Suharyo, Kitab Wahyu …, hlm. 97.
[7] J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab…, hlm. 18.
[8] I. Suharyo, Kitab Wahyu …, hlm. 98.
[9] J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab…, hlm. 20.
[10] Wilfrid J. Harrington “Revelation”…, hlm. 130; bdk. J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab…, hlm. 21.
[11] J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab…, hlm. 21-22; bdk. Wilfrid J. Harrington “Revelation”…, hlm. 130.
[12] Adela Yarbro Collins, “The Apocalypse (Revelation)”…, hlm. 1008; bdk. Wilfrid J. Harrington “Revelation”…, hlm. 130.

[13] J. Harrington “Revelation”…, hlm. 130-131.
[14] J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab…, hlm. 22-23; bdk. J. Harrington “Revelation”…, hlm. 130-131.
[15] Adela Yarbro Collins, “The Apocalypse (Revelation)”…, hlm. 1008; bdk. Wilfrid J. Harrington “Revelation”…, hlm. 131.
[16] J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab…, hlm. 22-24; bdk. Adela Yarbro Collins, “The Apocalypse (Revelation)”…, hlm. 1008.
[17] I. Suharyo, Kitab Wahyu …, hlm. 99-100.

4 komentar:

  1. Maaf nih sblumnya, latarnya jgn hitam gini jdi pusing bacanya

    BalasHapus
  2. Itu sudah terjadi, itu tanda yang berhubungan dengan konstelasi bintang, silakan baca di https://harituhan.wordpress.com/2017/02/09/tanda-besar-di-langit-perempuan-dan-naga-23-september-2017/amp/

    BalasHapus